Pelajaran Berharga dari Kejurnas


Kejurnas tarung derajat Piala Presiden di Bengkalis Riau yang berakhir pekan lalu rupanya  menjadi pelajaran berharga bagi atlet Semarang Ragil Titisari. Ya, medali perak yang diraih memang belum sesuai harapan karena target sebelumnya memang membawa pulang medali emas.
Namun ada hal penting yang perlu dipetik dari kejuaraan tingkat nasional itu, bahwa Ragil harus bersiap lebih baik lagi dalam menghadapi kejuaraan setingkat nasional.
"Dibilang kecewa saya kecewa. Tetapi saya tidak larut dalam kekecewaan itu apalagi menjadikan putus asa. Saya harus berlatih lebih giat lagi untuk kejuaraan mendatang," kata wanita kelahiran 21 Agustus 1987 itu.
Hal positif yang perlu dipetik dari kejurnas itu, menurut mahasiswa Unnes itu bahwa dirinya harus memiliki rasa optimistis dan berfikiran positif. Artinya bahwa rasa percaya diri harus ditanamkan kepada dirinya untuk bertanding menghadapi para atlet terbaik di Indonesia.
Dalam kejurnas itu, wanita yang tinggal di Jalan Banowati Tengah V/29B Bulu Lor Semarang Utara ini meraih perak setelah dalam partai final nomor tarung wanita di kelas 52,1-58 kg kalah dengan Riza, petarung NTB.
"Saya harus mengakui lawan ternyata lebih baik. Ini menjadi pelajaran saya untuk menyiapkan fisik dan mental dalam mengadapi kejuaraan setingkat nasional," kata pemilik tinggi badan 170 cm dan berat 53 kg itu.

Terlanjur Senang
Mahasiswa tingkat akhir di jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan Unnes ini mengaku senang menekuni olahraga asli Jawa Barat itu.  Alumnus SMA Muhammadiyah Kendal ini tak merasa takut akan tubuh luka karena tendangan mau pun pukulan. "Saya sudah terlanjur senang dengan tarung derajat. Jadi kejurnas ini bukan muara akhir. Saya harus bersiap menghadapi babak kualifikasi PON tahun depan," katanya.  
Ragil merupakan salah satu andalan Semarang. Selain meraih emas Porprov 2009, pada Kejurda 2010 dia meraih emas. Peluang masuk tim PON pun di depan mata karena untuk Jateng belum ada tandingan sepadan di kelasnya.
Meski demikian, Ragil masih menyimpan penasaran. Pasalnya gadis murah senyum itu gagal tampil di PON 2008 lantaran tidak lolos babak kualifikasi. ”Kegagalan di Pra-PON itulah yang membuat tekad saya untuk menjadi yang terbaik.  Saya harus terus berlatih untuk mewujudkan ambisi," katanya.
Ambisi yang dipendam Ragil tentunya bisa tampil di PON 2012. Tentu saja dia tak ingin sekadar tampil. Lebih dari itu medali emas tentunya menjadi bidikannya.

Sumber: Suara Merdeka