Tujuh Petarung Masuk Pelatda

Kota Semarang meloloskan tujuh petarungnya yang kini masuk tim Pelatda PON Jateng cabang tarung derajat.

Mereka adalah Ragil Titisari, Eko Satrio Putro, Suciptarasa, Zabib, Aris, Fenny, dan Fanita yang saat ini menjalani latihan di Jalan Guntur No 3, bersama atlet lain dari Jateng.
Pelatih Tarung Derajat Semarang, Heru Sudjatmiko mengatakan, tujuh atlet itu merupakan jumlah besar dalam memberikan kontribusi terhadap Jateng. Diharapkan mereka kosisten menjaga prestasinya dan terpilih menjadi tim inti Jateng.

”Tim inti pra-PON memang belum ditentukan. Namun setidaknya mereka berpeluang karena saat ini menjadi yang terbaik di kelasnya. Semoga terus menjaga penampilannya hingga babak kualifikasi PON. Puncaknya, tentu bisa memberikan medali di PON 2012,” katanya.

Otomatis

Dari jumlah petarung Semarang yang masuk Pelatda itu, tiga di antaranya lolos otomatis karena prestasinya di kejurnas akhir tahun lalu masing-masing Ragil Titisari, Eko Satrio Putro, dan Sucipta Rasa. Sedangkan sisanya muka baru hasil seleksi Kodrat Jateng, belum lama ini.

Dijelaskan, Kota Semarang terus berupaya menjadi barometer pembinaan tarung derajat di Jateng. Selain menyumbangkan atlet untuk provinsi, Kodrat Semarang memaksimalkan satlat. Sejauh ini ada delapan satlat aktif dan ke depan jumlah itu terus didorong agar bertambah.

”Kami bukan hanya menekankan kuantitas, tetapi juga kualitas. Meski berupaya mendorong berdirinya satlat baru, satlat yang ada perlu ditingkatkan kualitasnya,” teranganya.

Bisa Berkonsentrasi pada Pelatda

Eko Satrio Putro merasa berterima kasih kepada atasannya di Yon Arhanudse15 Semarang karena telah diberi dispensasi mengikuti latihan di tim Pelatda PON Jateng. Dengan begitu, pria kelahiran 5 Maret 1984 ini bisa berkonsentrasi penuh dalam latihan karena dibebastugaskan urusan kedinasan.

”Saya bisa konsentrasi latihan. Saya bertekad membalas kepercayaan ini dengan prestasi. Saya ingin membanggakan Batalyon, Kodam IV/Diponegoro, daerah, serta bangsa dan negara,” kata pria ramah ini.

Eko boleh dibilang atlet berprestasi. Buktinya, dia masuk tim Pelatda PON 2012 Jateng yang berarti merupakan atlet pilihan Se-Jateng. Kini dia bersiap menghadapi babak kulifikasi PON yang akan digelar Desember tahun ini.



Pria berpangkat prajurit satu itu tampil mengesankan dalam kejurnas di Bengkalis Riau akhir tahun lalu. Tampil kali pertama dalam kejurnas ternyata menuai hasil tidak mengecewakan dengan meraih perak di nomor seni tarung gerak beregu atas nama Jateng. Medali perak sudah dianggap prestasi membanggakan mengingat dia termasuk pendatang baru dalam percaturan Tarung Derajat Nasional.

Perunggu Hasil itu sebagai modal menyongsong PON 2012 di Riau. Hal lain yang membuat pria bertinggi badan 165 cm, dan berat 57 kg ini bangga dengan hasil kejurnas yaitu prestasi yang diraih dari berbagai kejuaraan sebelumnya hanya medali perunggu. Padahal, level kejuaraan yang diikuti sebelumnya lebih rendah yaitu Kejurda, Porprov, dan Porwakos.

Pada Porwakos 2008 lalu, suami dari Puji Rahayu Utri ini meraih perunggu di nomor tarung. Kemudian dalam kejurda 2009 meraih perunggu nomor seni gerak beregu putra. Prestasi sama diraih dalam Porprov 2009 atas nama Semarang.

Eko sebanarnya bukan warga asli Semarang. Sejak 2006, Pria asli Makassar ini bertugas di Yon Arhanudse sehingga menetap di Ibu Kota Jateng itu. Bahkan saat ini dia beristerikan orang Semarang. Dengan begitu, tidak diragukan lagi kecintaanya terhadap daerah barunya itu. Buktinya, dia memberi kontribusi terhadap Kota ATLAS ini.

”Di tim Pelatda ini, saya bisa latihan setiap hari. Ini kesempatan saya bisa berbuat lebih baik ke depan karena berlatih bersama atlet-atlet terbaik di Jateng,” katanya.
Sumber: Suara Merdeka

Konsentrasi Melatih Dua Daerah


PELATIH tarung derajat Heru Jatmiko merasa memiliki tanggung jawab besar dalam kemajuan prestasi olahraga tarung derajat Semarang dan Kendal.

Meski dalam kepengurusan Kodrat Semarang periode 2010-2014, lelaki kelahiran 4 Februari 1973 itu didaulat menjadi pelatih kepala atau koordiantor pelatih, tetapi tenaganya juga dibutuhkan daerah tetangga yaitu Kendal yang juga diserahi menjadi pelatih utama.

"Saya mendapat tugas dari pelatih utama tarung derajat Jateng untuk melatih dua daerah Semarang dan Kendal. Tugas itu pun saya laksanakan sepenuh hati demi mengembangkan tarung derajat," kata pria dengan tinggi badan 167 cm dan berat 67 kg itu.

Bapak satu anak ini merasa mempunyai tugas yang tidak ringan dalam pembinaan tarung derajat di dua daerah itu. Sejauh ini prestasi tarung derajat Semarang di tingkat Jateng tergolong bagus. Indikasinya dalam dalam Porprov tahun 2009, Kota Lunpia itu menjadi pengumpul medali terbanyak.

Di satu sisi prestasi Kendal tak semoncer Semarang karena dapa Porprov 2009 hanya meraih satu perak dan satu perunggu. "Saya akan berupaya keras mempertahankan prestasi tarung derajat Semarang selama ini dan juga meningkatkan prestasi tarung derajat Kendal. Ini memang berat karena perkembangan olahraga ini sudah merata di Jateng," katanya.

Meski berat, alumnus Fakultas Hukum USM itu akan menjalaninya dengan senang hati. Dia menganggap tarung derajat merupakan jiwanya sehingga dia berprinsip, "dengan senang pekerjaan seberat apa pun menjadi ringan".


Cocok
Suami Titik Aprianita ini mengawali karir di tarung derajat sebagai atlet. Berbagai kejuaraan daerah mau pun Porda telah diikutinya namun belum beruntung untuk meraih medali.

"Sepertinya saya lebih cocok dan beruntung untuk menjadi pelatih. Buktinya saya bisa mengantarkan anak asuh saya menjadi atlet prestasi. Oleh karena itu posisi sebagai pelatih tarung derajat Semarang dan Kendal itu saya jalani dengan sungguh-sungguh," kata lelaki bertubuh gempal itu.

Heru optimistis prestasi tarung derajat Semarang maupun Kendal bisa terus berkembang. Dia pun akan terus mendorong dan membantu menuculnya satlat (unit latihan) di Semarang mau pun Kendal. Tugasnya akan terus menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa olahraga asli Indonesia ini tidak dianggap momok karena dinilai olahraga keras.

"Meski berdomisili di Semarang, bukan berarti pilih kasih dalam melatih antara Kendal dan Semarang. Saya akan menularkan ilmu yang sama kepada anak didik. Jika para petarung Semarang dan Kendal bertanding, tidak ada istilah "main mata". Pertandingan diserahkan sepenuhnya kepada atlet untuk mengeluarkan kemampuan terbaik di atas matras," katanya.